Satu Kata untuk Kamu
Jika hari-hari yang kulalui adalah lembaran kertas kosong, maka kamu adalah satu kata yang selalu ingin kutuliskan, berulang-ulang, tanpa pernah bosan: doa, mungkin terdengar sederhana, mungkin terlalu singkat untuk menggambarkan begitu banyak rasa yang tak sempat kusampaikan. Tetapi justru dalam kesederhanannya itulah aku menitipkan segalanya, harapan, rindu, ketenangan, bahkan cinta yang tak pernah sempat terucap dan tanpa nama.
Ada banyak hal yang ingin kukatakan padamu. Tentang betapa pentingnya kehadiranmu, meski tak pernah benar-benar kusampaikan secara langsung. Tentang betapa aku ingin kamu tahu bahwa setiap senyummu meninggalkan gema dalam hatiku. Namun hidup tidak selalu menawarkan keberanian yang kita harapkan. Ada waktu-waktu ketika diam lebih aman, ketika menyimpan rasa lebih bijak dibanding mengucapkannya tentang. Dan aku memilih berada dalam diam itu, menjaga jarak yang tak menyakitimu, meski mungkin sedikit melukai diriku sendiri.
Bukan karena aku tidak ingin mendekat, bukan karena aku tidak ingin memperjuangkan. Hanya saja ada batas-batas yang tak seharusnya kulangkahi. Ada kenyataan yang membuatku mengerti bahawa rasa ini lebih baik tumbuh dalam ruang yang tak menuntut balasan. Maka kubiarkan ia menjadi sesuatu yang lembut, tak terlihat namun tetap nyata, sebuah rasa yang tidak meminta apa-apa, hanya ingin tetap ada.
Jika aku bisa merangkai seribu kalimat untukmu, mungkin semuanya akan berputar pada tu inri yang sama: aku sayang kamu. Tapi “sayang” yang kumiliki tidak minta untuk dimiliki, tidak menuntut untuk dibalas. Ia hanya hidup sebagai pengingat bahwa seseorang di dunia ini penuh, atau mungkin masih mengharapkan kebaikan untukmu dalam setiap napas, setiap langkah, setiap mimpi kecil yang kamu perjuangkan.
Itulah mengapa aku memilih menjadikannya doa
Dalam doa, aku bisa mendoakanmu tanpa mengganggumu. Aku bisa memikirkannya tanpa membuatmu terbebani. Aku bisa mencintaimu tanpa harus takut kehilangan, sebab doa tidak menuntut basalan apa-apa. Ia hanya meminta ketulusan. Dan aku yakin, dalam diam yang paling sunyi sekalipun ketulusan selalu menentukan jalannya sendiri.
Setiap malam sebelum terlelap, ada sesaat di mana wajahmu muncul dalam ingatanku, bukan sebagai luka, bukan sebagai penyesalan, tetapi sebagai kehangatan yang mengajarkan bahwa rasa tidak selalu harus memiliki bentuk. Bahwa mencintai tidak selaluy harus diwujudkan dalam genggaman. Terkadang, mencintai justru paling indah ketika ia menjadi sesuatu yang diam-diam menguatkan.
Maka ketika kamu bertanya apa yang sebenarnya ingin kusampaikan, jawabannya mudah. Satu kata saja: doa. Tapi balik satu kata itu, tersimpan dunia kecil yang penuh dengan perasaan. Dunia di mana kamu selalu berada dalam kebaikan, dalam bahagia, dalam perlindungan, dalam kemungkinan-kemungkinan baik yang mungkin tak pernah kamu duga.
Harapanku semoga suatu hari nanti, tanpa perlu aku jelaskan kamu mengerti. Bahwa di suatu tempat, ada seseorang yang menyayangimu dan menantimu dalam batas paling lembut batas yang tak pernah menyentuh, tetapi selalu ada rasa yang teruntai dalam setiap doa.

Comments
Post a Comment